Beliau adalah putra ke-5 KH. Zubair Dahlan, yang dilahirkan pada tanggal 22 Mei 1958 M(3 Dzulqo’dah 1337 H) di sarang. Beliau tidak begitu lama menikmati indahnya kasih sayang dari sang ayahanda karena di usianya yang masih sangat kecil beliau telah ditinggal pergi untuk selamanya oleh ayahhanda tercinta. Tepatnya ketika beliau masih berumur 10 tahun. Meski dalam waktu yang sangat singkat itu, Islamic caracter building(pembinaan karakter keislaman Red.) yang dibangun KH. Zubair Dahlan sangat tertata rapi dalam pribadi putranya tersebut hingga menjadi tokoh panutan umat. Dalam bimbingan langsung tangan emas sang ayah, ia memulai pengembaraan ilmunya. Sepeninggal ayahandanya, samudra ilmu masyayikh sarang beliau arungi, Ags. Ma’ruf kecil yang lincah dan menggemaskan, kini menjadi seorang ‘allamah yang disegani semua orang. Terinspirasi dari sang ayah yang sangat masyhur akan kealimannya, membuat beliau tidak pernah merasa puas dengan apa yang telah diperoleh di Sarang.
Semangatnya terus berkobar untuk terus menggapai mutiara yang masih terpendam jauh di dasar samudra. Layarpun kembali beliau bentang, hingga akhirya pelayaran keilmuaanya berlabuh di pondok pesantren Al- Barokah cilacap jawa tengah.
Dibawah bimbingan Al-‘allamah syaikh Mas’ud bin Muhyiddin beliau kembali mengasah kecerdasan yang di warisi dari ayahhandanya.
Berbagai macam disiplin ilmu beliau geluti. Tidak hanya ilmu agama, pengetahuan umumpun beliau kuasai. Wawasannya begitu luas keilmuannya sudah mengakar dalam sanubarinya,mencengkram kuat laksana batu karang yang tidak mungkin oleng oleh hempasan tsunami sekalipun. Selain di PP. MUS beliau melengkapi pengabdiaanya di Madrasah Ghozaliyyah Syafi’iyyah kontribusinya sangat besar dalam kemajuaan MGS.
Di tengah tuntutan untuk memasukkan kurikulum formal di MGS, beliaulah yang paling getol menentang tuntutan itu. Hal itu dilakukan bukan karena biliau tidak sadar pentingnya status formal, tapi karena berbagai macam factor yang akan menggerus identitas MGS, yang telah dirintis oleh the founding father’s (para pendiri Red.), sejak madrasah ini berdiri.
Dalam beberapa tahun menjelang wafat, di MGS beliau berkonsentrasi dalam fan tafsir pada tingkat 2 dan 3 aliyah . kesehatannya yang sudah mulai terganggu, tidak menyurutkan semangat beliau untuk senantiasa hadir di MGS, demi menyapa murid-murid yang menanti hadirnya. Bahkan urusan fisik madrasahpun tak luput dari perhatiannya. Setiap pagi beliau selalu mengelilingi areal Madrasah untuk meninjau kondisinya, meski dengan keadaan kurang sehat sekalipun. Jabatan terakhir beliau di MGS adalah sebagai wakil dari kakaknya, KH. Maimoen Zubair yaitu Mudirul ‘am dua.
Amanah itu beliau emban hingga Allah memanggilnya pada hari yang sangat mulia dan bulan yang penuh barokah, 7 Ramadan 1430 H, bertepatan tanggal 28 Agustus 2009 M pada usia 51 tahun. Semoga Allah memudahkan semua jalannya dan menempatkan beliau dalam surga firdaus-Nya. Amiin.